ASPEK DASAR FILSAFAT DARI PANDANGAN BARAT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Filsafat
sesungguhnya menelusuri dan mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua yang
mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistem filsafat berkembang berdasarkan
ajaran seseorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat ( baca filosof ).
Filsafat lahir dipengaruhi dua faktor. Faktor pertama intern : kecenderungan
atau dorongan dari dalam diri manusia, rasa ingin tahu. Faktor kedua ekstern :
adanya hal atau sesuatu yang mengganjal di hadapan manusia, sehingga
menimbulkan rasa heran dan kagum. Dari dua faktor itu manusia akan menemukan
kebenaran, tetapi rasa ingin tahu mengenai sesuatu sampai ke akar-akarnya
itulah sebagai pertanda bahwa filsafat itu sudah lahir dikarenakan keinginan
manusia sangat dinamis.
Setiap orang itu
berada di dalam filsafat hidupnya. Jadi setiap orang berfilsafat. Dapat
dijelaskan dengan melihat sendiri kenyataan bahwa tidak ada manusia atau
seseorang pun yang tidak memiliki tujuan hidup kecuali orang gila yang tidak
punya tujuan hidup. Kalau kita mempelajari filsafat diibaratkan dengan kita
menonton suatu pertandingan sepak bola maka terlebih dahulu kita harus
memisahkan pemain, mana yang masuk klub ini dan mana yang masuk klub itu. Jika
tidak demikian, kita akan kebingungan. Kita tidak bisa mengetahui siapa yang
kalah, siapa yang menang. Mana yang baik pemainnya dan mana yang tidak.
Begitulah, apabila
kita memasuki pustaka filsafat yang mempunyai ratusan bahkan ribuan buku itu.
Kita lebih dahulu mesti memisahkan arah pikiran para filsafat. Jika tidak, niscaya
bingunglah kita, tak bisa memisahkan siapa yang benar dan siapa yang salah.
Seperti para pemain sepakbola tidak kacau balau dimata kita. Para ahli filsafat
berkata semau-maunya saja, tak ada ujung. Oleh ahli logika Yunani, Curcilo
in Defendio. Filsafat dan sejarah ibarat dua sisi sekeping mata uang.
Filsafat adalah sejarah yang di abstraksikan dan sebaliknya, sejarah adalah
filsafat yang dikonkritkan.
Rumusan Masalah
- Bagaimanakah batasan-batasan filsafat ?
- Bagaimanakah sistematika filsafat ?
- Bagaimanakah aliran filsafat dan siapa sajakah tokoh-tokoh filsafat ?
Tujuan Masalah
- Mengetahui batasan-batasan filsafat.
- Mengetahui sistematika filsafat.
- Mengetahui aliran dan tokoh-tokoh filsafat.
PEMBAHASAN
BATASAN FILSAFAT
Hendaknya didasari
bahwa memahami sesuatu yang sulit melalui suatu batasan atau definisi. Sebab
batasan tidak memberi peninggalan yang memadai, apalagi pengalaman. Pengertian
dan pengetahuan tanpa pengetahuan tidak mantap. Seperti pengetahuan teoritis
tentang “berenang” tak mungkin bermakna tanpa pengalaman belajar berenang
secara langsung. Meskipun demikian, memahami suatu batasan dapat mendorong
usaha lebih jauh untuk lebih memantapkan pengetahuan teoritis ini menjadi
pengetahuan praktis.
1.
Batasan secara
etimologis
a.
Menurut Prof. Dr. John
S.Brubacher
“Philosophy was, as its etymologi from the greek word
filos and sofia, suggest, love, and wisdom or learning. More ever it was love
of learning in general, it sub-sumed under one heading what today we all
science as well as what we nom call
philosophy is often referred to as the mother as well as the queen of the
science” (Brubacher 1962, hal 2).
“Filsafat berasal dari perkataan Yunani filos dan sofia
yang berarti cinta, kebijaksanaan atau ilmu pengetahuan. Lebih dari itu
filsafat dapat diartikan sebagai cinta belajar pada umumnya, filsafat mencakup
apa yang saat ini kita sebut ilmu pengetahuan (science) maupun apa yang
sekarang kita sebut filsafat. Untuk inilah sering dikatakan bahwa filsafat
adalah induk dan ratu ilmu pengetahuan.
b.
Menurut Runes dalam “Dictionary
of Philosophy”
“Philosophy” (Gr. Philein, to love, sophia,
wisdom)
+the most general
+seeking of widom and wisdom of saught
+originally, the rational explanation of anything.
The general principles under which all facts could be
explained : in this sense indistinguishable from science,……now popularly, the
science of science, the criticism and systematization or organization of all
knowledge, draw from empirical sciener, rational learning common experience or
where ever.
Filsafat berasal dari (kata Yunani philein,
cinta, Sophia, kebijaksanaan)
+ilmu yang paling umum
+usaha mencari kebijaksanaan
+asalnya, penjelasan rasional dari sesuatu,
prinsip-prinsip umu yang menerangkan segala fakta ; dalam pengertian ini tidak
dapat dibedakan dengan sciener,……..sekarang, secara popular diartikan
sebagai ilmu dari ilmu, kritik dan sistematika atau organisasi dari semua ilmu
empiris, pelajaran yang rasional, pengalaman biasa.
c.
Filsafat berasal mula dari kata
Yunani “philosophia” dari kata philein yang artinya mencintai,
atau philia yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kearifan, yang kemudian
menjadi kata “philosophy” ( dalam bahasa Inggris ). Filsafat biasanya
diartikan : “cinta kearifan atau kebijaksanaan” (The Lion Gie, 1977 : 5). Lalu
orang yang mencintai kebijaksanaan itu disebut filsuf (philosopher atau
ahli berfikir) bahasa Arab shopia = sufi.
Apa itu cinta dan apa pula kebijaksanaan?
Misal : aku cinta kamu? Aku adalah subyek dan kamu
adalah obyek. Dalam hal ini, aku menyatu dengan dia. Nah didalamnya terkandung
persatuan antara aku(subjek) dan kamu(objek). Kebijaksanaan tingkah laku yang
benar, maka suatu tingkah laku secara tepat terarah kepada sasaran.
2.
Batasan ditinjau dari
isi (substansi)
Filsafat sebagai kegiatan pikir murni (reflective
thinking). Menyelidiki objek yang tidak terbatas, yakni kesemestaan ; obyek
filsafat dapat dibedakan antara :
a.
Objek material : segala sesuatu
yang ada dan yang mungkin ada, yang konkret-fisis, yang non fisis, abstrak,
psikis spiritual. Termasuk pengertian abstrak-logis, konsepsional, rohaniah,
nilai-nilai agama dan alam metafisis, bahkan Tuhan sendiri
b.
Objek formal : menyelidiki
segala sesuatu yang tak mengerti hakekatnya. Filsafat mencari kebenaran dan
kodrat hakiki sesuatu (the nature of nature) obyek formal ini memberi
watak dan sudut pandang yang berbeda dengan ilmu pengetahuan, karena filsafat
mengerti segala sesuatu yang tak terbatas (kesemestaan) dan mendasar
sedalam-dalamnya (hakiki).
Sistematika Filsafat
a.
Bidang Ontologi
Menurut Runes :
Ontologi adalah teori tentang keberadaan atau
eksistensi. Menurut Aristoteles sebagai filsafat pertama, ilmu yang menyelidiki
hakikat sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika.
Pada awal pemikiran manusia, mereka berusaha mengerti
hakikat sesuatu yang ada disekitarnya, alam yang nampak ini suatu realitas
sebagai wujudnya, yakni benda (materi) ataukah ada sesuatu rahasia dibalik
realitas itu. Sebagai contoh nampak pada makhluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan,
hewan dan manusia. Apakah sesungguhnya alam semesta, binatang-binatang,
matahari dan bulan yang beredar (berputar) terus-menerus. Bidang ontologi ini
meliputi penyelidikan tentang makna keberadaan (ada, eksistensi) manusia,
benda, ada-alam semesta (kosmologi). Juga ada mutlak yang tidak terbatas
sebagai maha sumber adanya semesta. Artinya ontologi menjangkau adanya Tuhan
dan alam gaib seperti rohani dan sesudah kematian (atau alam dibalik dunia,
alam metafisika).
b.
Bidang Epistimologi
Menurut Runes :
Epistimologi adalah bidang atau cabang filsafat yang
menyelidiki asal, syarat, metode dan validitas.
Ilmu Pengetahuan:
Pengetahuan manusia, sebagai hasil pengalaman dan
pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana proses terjadinya pengetahuan sampai
membentuk kebudayaan, sebagai wujud keutamaan (superioritas) manusia mengetahui
bahwa ia tahu atau bagaimana manusia mengetahui sesuatu itu ilmu pengetahuan,
batas dan validitas ilmu pengetahuan. Jadi, epistimologis dapat disebut ilmu
tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu. Atau science of science atau
wissechaftslehre. Termasuk epistimologis : matematika, logika, gramatika
dan semantika.
c.
Bidang Axiologi
Batasan axiologi menurut Runes :
Axiologi berasal dari, manfaat, pikiran, atau
ilmu/teori. Dalam pengertian yang modern disamakan dengan teori nilai, yakni
sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik: bidang yang menyelidiki
hakekat nilai, kriteria, dan kedudukan metafisika suatu nilai.
Menurut Prof. Dr. Brameld, axiologi dapat disimpulkan
sebagai suatu cabang filsafat yang menyelidiki :
1)
Tingkah laku moral yang
berwujud etika.
2)
Ekspresi etika yang berwujud
estetika atau seni dan keindahan.
3)
Sosio-politik yang berwujud
ideologi
Bidang axiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki
makna nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakekat nilai.
Sebagai dihayati manusia selalu berada dan dipengaruhi oleh nilai alamiah dan
jasmaniah, tanah subur, udara bersih, air bersih, cahaya dan panas matahari :
tumbuh-tumbuhan dan hewan demi kehidupan. Kemudian ada pula nilai psikologis
seperti berpikir, rasa, karsa, cinta, estetika, etika, logika, cita-cita,
bahkan ada pula nilai Ke-Tuhanan dan agama.
Kehidupan manusia sebagai makhluk subyek budaya,
penciptaan dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar mencari, memilih dan
melaksanakan (menikmati) nilai; jadi nilai merupakan fungsi rohani jasmani
manusia. Bahkan nilai didalam kepribadian, seperti pandangan hidup, keyakinan
(agama) merupakan kualitas kepribadian. Martabat manusia ditentukan oleh
keyakinannya dan amal kebijakan.
Aliran dan Tokoh-tokoh Filsafat
Aliran-aliran utama yang ada sejak dulu sampai sekarang meliputi :
1.
Aliran Ideliasme /
Spiritualisme
Mengajarkan bahwa ide atau spirit manusia
yang menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas
realitas dirinya dan semesta, karena akal budi dan kesadaran rohani. Manusia
yang tak sadar atau mati sama sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas
semata. Jadi hakekat diri dan kenyataan ialah akal budi (ide spirit)
Filsuf Idealisme
PLATO
Pandangan dari Plato, sampai kepada ajaran etika. Dalam
ajaran etikanya, ia mengajarkan bahwa siapa pun manusia itu harus mampu
mencapai pemahaman tentang dunia idea. Disebut idea kebaikan ini, maka
kebahagiaan hidup dapat diharapkan. Orang dapat mencapai pemahaman idea
kebaikan bila mampu menyelami dunia pengalaman, inilah kemudian dikenal sebagai
ajaran mengenal diri sendiri (to know himself).
DAVID HUME
Hume memberikan gagasan “if I go into my self”,
kalau saya memasuki diri saya sendiri, kata Hume maka saya jumpai “bundles
of conception, bergulung-gulung pengertian dan bermacam-macam gambaran
benda”
J.O FICHTE
Ficthe mengakui dan memberikan pioritas yang tinggi
kepada aku sehingga dikatakan bahwa adalah satu-satunya realitas. Hal ini dapat
dimengerti karena “aku yang otonom dan merdeka, menempatkan diri menjadi sadar
akan objek yng dihadapi, yaitu bukan aku”. Bukan aku ini adalah tergantung pada
aku, sedangkan fungsinya dihadapi dan diatasi. Perkembangan terletak sepenuhnya
pada hasil pengatasan objek (bukan aku).
SCHELLING
Pandangan yang lebih jauh dan luas, ia mengaku bahwa
objek (buka aku) itu sungguh-sungguh ada. Bahwa aku (subjek) itu muncul dari
alam (bukan aku) yang sungguh ada. Schelling mengakui adanya objek sebagai
realitas, maka idealismenya dinamakan idealisme objektif.
GORG WILHELM FRIEDERICH HEGEL
Filsafat Hegel mencari yang mutlak dan yang tidak mutlak.
Yang mutlak adalah roh (jiwa), tetapi roh itu menjelma pada alam, dan demikian
sadarlah akan dirinya. Roh adalah idea, yang artinya berpikir. Dalam sejarah
kemanusiaan sadarlah roh itu akan dirinya, dan kemanusiaan merupakan bagian
dari ide mutlak, yaitu Tuhan sendiri. Dikatakan selanjutnya bahwa idea yang
berpikir itu selamanya adalah gerak yang berlawanan, yaitu antitesis. Akhirnya,
adanya tersis gerak yang mutlak dan kemudian muncul antitesis yang pada
akhirnya menimbulkan pula antitesis dan sintesis baru dan menimbulkan pula
antitesis dan sintesis baru, begitulah seterusnya.
2.
Aliran Materialisme
Mengajarkan bahwa hakekat realitas semesta, termasuk
makhluk hidup, manusia, hakekatnya ialah materi. Semua realitas itu ditentukan
oleh materi (misalnya benda-ekonomi, makan) dan terikat pada hukum alam : sebab
akibat (hukum kausalitas) yang bersifat objektif.
Filsuf Materialisme
HERAKLEITAS
Menurut realitas ini berupa gerakan, perubahan dan
keadaan yang serba menjadi. Semua serba mengalir. Di dalam sejarah perkembangan
filsafat, paham kefilsafatan dikenal dengan “filsafat menjadi” (to become).
Kemudian pandangannya itu menjadi pedoman bagi pengetahuan yang benar
(kebenaran), dimana panca indera menjadi ukuran. Jadi, apa yang ditangkap
indera yaitu yang konkret, yang satu-persatu, yang selalu berubah dari menjadi
adalah yang benar. Pada masa Yunani juga ada nama-nama lain seperti Demokritus
dan Epikurus.
LAMETTRIE
Mempunyai gagasan bahwa manusia adalah mesin belaka dan
sama dengan binatang. Prinsip hidup bahwa pada umumnya di ingkari dengan
menunjukkan bukti bahwa “tanpa jiwa badan dapat hidup” tetapi jiwa, badan dapat
hidup” tetapi jiwa tanpa badan tidak dapat hidup. Contohnya, jantung katak yang
dikelurkan dari tubuhnya masih dapat berdenyut beberapa detik. Namun, tidak
mungkin ada katak tanpa badan. Materialisme ini meluas sampai ke Jerman dengan
tokoh-tokohnya yang terkenal yaitu Feverbach (1804-1872), Buchner dan
Molenschat.
KARL MARX
Terkenal sebagai bapak materialisme dialektis dan
surplus value, yakni nilai lebih, yang diterbitkan oleh buruh, tetapi dimiliki
oleh kapitalis. Dikatakan Karl marx bahwa hidup manusia ditentukan oleh keadaan
ekonomi. Segala hasil tindakan (ilmu, seni, agama, kesusilaan, hukum, dan
politik) merupakan endapan dari keadaan ekonomi itu sendiri ditentukan
sepenuhnya oleh sejarah. Masyarakat pada mulanya tidak mengenal
pertentangan-pertentangan dalam tingkatan, oleh karena adanya keahlian dalam
pekerjaan dan karena adanya milik, maka muncullah tingkatan atau kelas dalam
masyarakat. Masyarakat ini harus berkembang dan perkembangannya disebut
sejarah. Perkembangan sejarah harus didorong oleh kekuatan-kekuatan untuk menghasilkan.
Jadi, ada identitas antara perkembangan masyarakat dengan perkembangan
masyarakat adalah dorongan untuk hidup, yaitu makan, minum, pakaian, dan hal
yang diusahakan oleh manusia itu sendiri. Untuk mengusahakannya diperlukan
alat-alat dan alat-alat itu semuanya adalah materi belaka, yang hendaknya
diusahakan punya materi. Karena itulah keseluruhan perkembangan ditentukan oleh
materi.
F. ENGEL
Yang pemikirannya tidak jauh dari Karl Marx. Tetapi
dengan memakai engels sebagai petunjuk jalan, kita bisa terhindar dari
kekacauan dan membuang-buang waktu. Engels sekarang terkenal sebagai kreator
Marx.
3.
Aliran Realisme
Mengajarkan bahwa kedua aliran diatas, materialisme dan
idealisme yang bertentangan itu tidak sesuai dengan kenyataan, tidak realistis.
Sesungguhnya realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi) semata-mata.
Kehidupan, seperti nampak pada tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, mereka hidup
berkembang biak, kemudian tua akhirnya mati. Pastilah realitas itu paduan benda
(materi, jasmaniah) dengan yang non materi (spiritual, jiwa, rohaniah),
khususnya pada manusia Nampak dalam gejala daya piker, cipta dan akal budi.
Jadi realisme merupaakn sintesis antara jasmaniah dan rohaniah, materi dan non
materi.
Filsuf Realisme
ARISTOTELES
Gagasannya bahwa setiap hal atau benda itu tersusun dari
“hule” dan “morfe” yang kemudian dikenal dengan teori hulemorfistik.
Hule adalah dasar bermacam-macam. Karena Hule-nya, maka suatu
benda adalah benda itu sendiri, benda tertentu. Misalnya si Anu bukan si Banu
karena Hule-nya. Sedangkan morfe adalah dasar kesatuan, yang
menjadi inti dari segala sesuatu. Karena Morfe-nya, maka segala sesuatu
itu sama dengan yang lain (satu inti) termasuk ke dalam suatu jenis yang sama. Morfe
ini berbeda dengan hule dan hanya dapat dikenal dengan akal budi saja.
Misalnya, si Ali, si Ani, si Ahmad yang berbeda-beda itu berada dalam morfe
yang sama, yaitu sebagai manusia. Namun demikian, baik hule maupun morfe,
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan hule segala sesuatu
itu maupun didalam realitas, dan karena Morfe-nya segala sesuatu itu
mengandung arti hakikat sebagai sesuatu.
GAUTAMA BUDHA
Filsuf mistik yang terbesar sejak dunia ini diketahui.
Pengaruhnya lebih besar daripada filsuf Barat seperti Plato sampai Hegel,
bahkan lebih besar daripada pengakuan Barat sendiri. Gautama Budha, dia
menyatakan rohaninya dengan roh alam dan dari hasil perpaduan pencapaian
nirwana. Dan filsuf ahli mistika zaman sekarang salah satunya Mahatma Gandhi
yang terkenal dengan Ahimsanya.
Kesimpulan
Filsafat sebagai kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tak
terlihat langsung dengan suatu objek); yang mendalam (hakiki). Filsafat adalah
upaya atau aktivitas atau fungsi pikir subyek manusia dalam memahami segala
sesuatu, mencari kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari kebenaran adalah
potensi dan fungsi kepribadian manusia. Filsafat sebagai hasil pemikiran
(filosof), sebagai suatu ajaran atau sistem nilai, baik berwujud pandangan
hidup (filsafat hidup), maupun sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat
atau bangsa dan negara. Filsafat demikian telah berkembang dan terbentuk
sebagai suatu nilai yang melembaga (dengan negara) sebagai suatu paham (isme) :
kapitalisme, komunisme, sosialisme, nazisme, fasisme, teokratisme dan
sebagainya yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa/negara.
DAFTAR RUJUKAN
Malaka, Tan. 1999. Madilog. Jakarta: Pusat Data Indikan .
Malang, Laboratorium Pancasila IKIP. 1991. Pendidikan
Pancasila di Perguruan Tinggi. Malang: IKIP Malang
Rapar, Jan Hendrik. 2005. Pengantar Filsafat. Yogyakarta:
Kanisius.
Strathtern, Paul. 2001. 90 Menit Bersama Hegel. Jakarta:
Erlangga.
Suhartono, Suparlan. 2007. Dasar-dasar Filsafat. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar