Hellenisme, Dalam Konteks Perjalanan Pemerintahan
Demokrasi Australia pada abad XVIII-XIX
Faris Dwi Ristian[1]
Abstrak:
Amerika pada waktu itu dianggap sebagai Newland dan berangkat dari sini, bahwa
Amerika sebagai tempat yang didatangi oleh berbagai pendatang yang mempunyai
tujuan berbeda-beda. Saling berkompetensi untuk memperjuangkan hidupnya. Dalam
berbagai keragaman baik budaya, ras, agama, warna kulit, bahasa, tingkat
ekonomi, social dan pendidikan mereka tidak terelakkan untuk saling berbaur.
Hellenisme adalah pengaruh-pengaruh
pemikir atau filosof pada masa Yunani. Dalam pembentukan Negara atau
pemerintahan di Amerika, banyak filosof-filosof dalam pemikiran untuk mencari
dan membentuk Negara yang ideal sesuai dengan apa yang dicita-citakan banyak
diilhami dari filosof pada masa Yunani. Amerika yang pendatangnya latar
belakang satu sama lain berbeda seperti pendatang dari Inggris seorang Akademis
yang merasa kebebasan individunya terancam, di Amerika dia banyak berekspresi.
Latar belakang pemerintahan Raja yang kekuasaannya ditangan 1 orang.
Terbentuknya Amerika salah satunya dari pelajaran itu. Demokrasi sebagai
pilihan, sebagai ideologi Amerika untuk mencapai apa yang dicita-citakan dalam
masyarakat dengan latar belakang yang berbeda.
Kata kunci: kebebasan, demokrasi, hellenisme
Periode Hellenistik berlangsung
mulai tahun 323-330 Masehi mulai kelihatan ketika ada peralihan pemikiran
filosof. Dan peralihan itu dari filsafat teoritis menjadi filsafat yang
praktis. Dalam perubahan itu filsafat dari seni dalam kehidupan, karena
penganut Hellenisme mengatakan bahwa orang yang bijak adalah orang yang mampu
mengatur hidup sesuai dengan akalnya. Dalam kondisi semacam ini, berbagai
aliran berusaha menentukan arah dan cita-cita yang ingin dicapai.
Hellenisme atau Hellenismos berasal dari bahasa Yunani yang digunakan oleh penguasa
Romawi. Julian untuk menghidupkan kembali tradisi keagamaan Yunani berserta
kebudayaan-kebudayaannya. Hellenisme ini berakhir setelah dikuasainya Yunani
oleh Alexander Agung pada abad ke-4 Masehi. Sebenarnya pemikiran Hellenisme tidak
sesederhana mengenai ataupun teori kosmo saja melainkan lebih menekankan pada
bentuk kesadaran manusia dan etos-etos kehidupan sehari-hari.(Suparman, Malian
Sobirin, 2003: 128)
Dalam pemikiran para filosof pada
Hellenisme mengorientasikan terhadap jagad raya dan fenomena alam yang
dihubungkan ke dalam perilaku manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup. Itu
meliputi peristiwa dan itu sebagai pelajaran hidup dan pelajaran itu berbentuk
sebagai berikut:
1. Kebenaran
mengeluarkan pendapat bagi seluruh penduduk Yunani (demokrasi).
2. Bentuk
pemerintahannya adalah polis yang dipimpin oleh seorang gubernur (embrio sebuah
state/negara bagian).
3. Sekolah-sekolah
filsafat banyak melahirkan filosof. Ajaran serta pemikirannya sangat mempengaruhi
pada perilaku penduduk Yunani.
Salah
satu pemikir pada zaman Hellenisme yang memberi pengaruh demokrasi di Amerika
dan mengatur yang aman dan kuat mencapai kesejahteraan, yaitu:
1. Aristoteles
Menggunakan
metode induktif dengan bertitik dari fakta-fakta nyata atau empiris. Karya
besar dibidang pemikiran ketatanegaraan diantaranya yang monumental Politics The Atehinion Constitution.
Dalam karya ini membahas konsep-konsep dasar dalam ilmu politik: asal mula negara,
negara ideal, warga negara ideal, pembagian kekuasaan politik, keadilan dan
kedaulatan, penguasa yang ideal, catatan penelitian tentang konstitusi dan
analisa terhadap instabilitas negara, revolusi kaum miskin dan uraian tentang
cara-cara memelihara stabilitas negara.
Aristoteles
menganalogikan negara sebagai organisme tubuh. Kebutuhan hidup tidak bisa
terpenuhi secara sempurna apabila manusia tidak saling membutuhkan. Manusia
bukanlah makhluk yang bisa hidup tanpa manusia lain. Itu sebabnya, dalam
kehidupan kemasyarakatan dan negara akan selalu terjadi hubungan saling
ketergantungan antara individu dalam masyarakat. Bila negara bersifat organik
maka semua warga Negara berkewajiban memiliki tanggung jawab memelihara
keamanan.
Dilihat
dari segi ukuran ideal menurut Aristoteles, adalah seperti polis atau City State(Ahmad Suhelmi, 2004: 45).
Negara adalah lembaga politik yang paling berdaulat, meski bukan berarti negara
tidak memiliki batasan terhadap kekuasaan. Negara memegang kekuasaan tertinggi
hanya karena ia merupakan lembaga politik yang memiliki tujuan yang paling
tinggi dan mulia. Sebenarnya tujuan yang paling utama negara dibentuk adalah
mensejahterakan rakyat dimana mencakup keseluruhan rakyat dari lapisan bawah ke
atas.
Dalam
pemikiran tentang hak kepemilikan, Aristoteles membenarkan adanya hak milik
individu. Hak milik sangat penting dapat memberikan tanggung jawab bagi
seseorang untuk mempertahankan keberlangsungan kehidupan sosial. Hak milik juga
dapat memikirkan pada persoalan negara yang sedang berlangsung. Mereka yang memiliki
hartanya dengan baik. Dari gagasan untuk mempertahankan kekayaan itulah
kemudian timbul gagasan bagaimana menciptakan sistem keamanan negara.
Orang-orang kaya yang mempunyai usaha akan memiliki perhatian serius terhadap
keamanan negara karena itu menyangkut kepentingan pribadi.
2. Plato
Menurut
Alfred North Whitehead, filosof terkemuka Amerika mengemukakan kebesaran
reputasi Plato untuk perkembangan sejarah dunia barat
Menurut
Plato, Negara ideal menganut system mementingkan kebijakan (virtue). Kebijakan
menurut Plato adalah pengetahuan. Apapun yang dilakukan atas nama Negara
haruslah dimaksudkan untuk mencapai kebijakan itu. Atas dasar itulah Plato
melihat pentingnya lembaga pendidikan bagi kehidupan kenegaraan.(Ahmad Suhelmi,
2004: 37)
Negara
yang menjauhkan prinsip kebijakan akan jauh dari negara yang didambakan
manusia. Orang yang berhak menjadi penguasa yang sepenuhnya mengerti kebijakan.
Plato menyebut negarawan seperti itu seorang raja-filsuf ‘The Philosopher King’. Seorang raja filosof harus memahami berbagai
gejala penyakit masyarakat mendeteksinya sejak dini, mampu melakukan di negara
dan mencari cara bagaimana menyembuhkan penyakit itu. Pengetahuan dengan
demikian menjadi syarat mutlak menjadi negarawan. Kerja dengan cara sosial
merupaka prinsip utama bagi kenegaraan. Akibat munculnya negara karena adanya
hubungan timbal balik dan rasa saling membutuhkan antara sesama manusia.
Manusia tidak bisa hidup tanpa manusia lain. Dilarang segala pemilikam pribadi,
baik dalam bentuk uang, harta, keluarganya, anak dan istri. Karena individu
sendiri akan menimbulkan sifat rakus dan tamak manusia akan berkembang dan
mengalami institusionalisasi dengan adanya kompetisi bebas atas hak pemilikan
pribadi persaingan tidak sehat pun tak terelakkan.
Dalam
demokrasi menurut Plato, kebebasan individu dan pluralisme politik adalah Dewa
yang diagungkan. Semua warga negara memiliki kebebasan mengekspresikan aspirasi
dan idealisme politiknya tanpa merasa khawatir akan intervensi negara terhadap
kebebasannya itu. Dalam istilah Plato, demokrasi itu penuh sesak dengan
kemerdekaan dan kebebasan berbicara dan setiap orang dapat berbuat sekehendak
hatinya “kekerasan dibenarkan atas nama kebebasan dan persamaan hak”.
Penjungkirbalikkan massal terhadap moralitas dan akal budi dibenarkan atas nama
kebebasan dan persamaan hak.
Pengaruh Hellenisme
dalam perkembangan pemerintahan demokrasi Australia pada abad XVIII-XIX
Titik awal munculnya
demokrasi di Australia ditandai berakhirnya pada pemerintahan koloni Macquarie
merupakan gubernur terakhir yang otokratis, dan digantikan oleh Sir Thomas
Brisbane (1821-1825) adalah gubernur pertama yang kekuasaannya dibatasi
berdasarkan Undang-undang. Undang-undang Yudikatur untuk New South Wales yang
dikeluarkan oleh parlemen Inggris tahun 1823 berisi tentang pembentukan suatu Legislative Council dalam sistem
pemerintahan New South Wales. Anggota dari pemerintahan ini minimal 5 orang
atau maksimal 7 orang. Kekuasaan ini dalam amanah Undang-undang memelihara
perdamaian, kesejahteraan dan pemerintah yang baik di New South Wales tidak
boleh bertentangan dengan Undang-undang Inggris. Batasan tugas Legislative Council tidak boleh
mengambil inisiatif membuat Undang-undang.
Dengan pembentukan Legislative Council sebagai bentuk kemajuan dari kekuasaan
sewenag-wenang dari gubernur. Pada masa ini gubernur harus bekerja sama satu
badan kecil yang secara konstitusional mempunyai kewenangan sebagai badan
penasehat dan mampu membawa gubernur merasakan perasaan umum. Pada tahun 1823
menyebutkan tentang pembentukan Mahkamah Agung yang dipimpin oleh hakim agung.
Untuk pertama kalinya diduduki oleh Sir Francis Forbes.
Pada masa berikutnya tahun 1842,
pemerintahan Inggris memberikan pemerintahan demokrasi atau bisa disebut responsible government dan untuk mereka
berpendapat bahwa jalan menuju demokrasi akan leih mudah dengan penghentian
transportasi narapidana yang berlaku di £.
Pada tahun 1842 pemerintahan Inggris
memberikan pemerintahandengan sistem perwakilan kepada New South Wales.
Berdasarkan Undang-undang yang dilekurkan pada tahun 1842, jumlah anggota legislative council ditingkatkan menjadi
36 orang, 24 orang dipilih oleh rakyat, dan yang 12 diangkat oleh pemerintahan
Inggris. Legislative Council diberi
wewenang membuat Undang-Undang di koloni itu, juga mengatur pembelanjaan uang
yang dipungut oleh pemerintah (Siboro, 1989: 110)
Legislative council yang dibentuk pada
tahun 1842 berdasarkan undang-undang, dan untuk pertama kali mendapatkan
pemerintahan dengan sistem perwakilan rakyat. Rakyat mempunyai hak memilih
orang yang dikehendaki duduk di legislative
council, yang merupakan dapat mewakili suara rakyat. Namun, belum seluruh
rakyat mempunyai hak pilih. Dalam pelaksanaan pemilihan legislative council dilakukan pada 5 tahun sekali. Syarat-syarat
untuk memilih diharuskan mempunyai kekayaan minimum sebesar £ 200 atau telah membayar
pajak sebesar £ 20 setahun, jadi dapat disimpulkan yang mempunyai hak suara
adalah orang-orang tergolong kaya. Namun, setidaknya memberikan jalan untuk
keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan. Ini sebagai indikasi terbukanya
gerbang demokrasi yang semakin lebar.
Dalam sistem pemerintahan yang diatur
paad undang-undang tahun 1942 itu berlangsung sampai tahun 1850. Namun, ketika
Tasmania dan Australia Selatan memiliki status sebagai koloni yang berdiri
sendiri maka kedua koloni inipun dalam waktu yang berbeda membentuk legislative council.
Wewenang gubernur masih dapat memveto
undang-undang yang dihasilkan oleh legislative
council, walaupun sebaliknya legislative
council juga mempunyai wewenang membatalakan usulan gubernur. Gubernur
mempunyai hak mengeluarkan peraturan atau undang-undang yang berkaitan dengan
keuangan dan penggunaan. Dalam praktek gubernur masih berhak menjual tanah dan
menggunakan uangnya sesuai dengan kehendaknya, jadi disisi lain demokrasi yang
belum sempurna ini tidak disukai oleh rakyat yang ada di koloni tersebut.
Harapan rakyat yang berada di koloni tersebut, mempunyai peranan yang lebih
jauh menentukan suatu pemerintahan yang betul-betul merefleksikan kepentingan
dan aspirasi rakyat.
Pada masa ini gerakan untuk mendapatkan
pemerintahan demokrasi makin gencar karena diakibatkan ribuan orang yang
berimigrasi ke koloni-koloni Australia pada masa itu mungkin telah dipengaruhi
oleh gerakan Chartis di Inggris. Dalam tuntunannya seperti tokoh-tokoh Henry
Parkes, David Syme dan Graham Berry, mengarahkan dalam tuntutannya pembentukan
lembaga perwakilan yang merefleksikan seluruh rakyat. Bukan hanya mewakili
kepentingan sekelompok rakyat kecil.
Squatters adalah sosok tokoh yang
menghendaki pemerintahan demokrasi namun dia mempunyai latar belakang orang
kaya. Squatters mempunyai kekhawatiran akan timbulnya pemerintahan demokrasi
yang menyamakan kedudukan.
Squatters dalam pola pikirnya mereka
tidak menghendaki hak dan kepentingan yang mereka samakan dengan rakyat biasa,
walaupun mereka mungkin sama-sama tergolong imigran, namun dalam tingkatan
ekonomi tidak dapat disamakan. Akhirnya dicapai kesepakatan yang bersifat
kompromis, disetujui adanya lembaga perwakilan tang terdiri dari 2 yaitu:
1. Majelis
Rendah (lower house) yang dipilih dan mewakili sebagian besar rakyat.
2. Majelis
Tinggi (upper house) yang dipilih sekelompok kecil masyarakat kaya.
Dalam kesepakatan ini yang
terilhami dari tradisi mereka yang lama di Inggris yang pada saat itu Inggris
mengalami gerakan kaum borjuis sebagai kaum liberal. Yang pada masa sebelumnya House of Commons yang dipilih oleh
rakyat dan House of Lords yang
bersifat turun menurun. Dengan adanya kesepakatan ini dapat berjalan seiring
dan seirama pemerintahan demokrasi untuk koloni tersebut.
Pada tahun 1850 pemerintahan
Inggris mengeluarkan undang-undang yang disebut Australia Colonies Government
Act Undang-Undang ini antara lain;
1. Victoria
dipisahkan dari New South Wales.
2. Semua
koloni di Australia kecuali Australia Barat berhak bentuk Legislative Council
seperti di New South Wales
3. Tiap
koloni berhak menyusun sistem oemerintahan sesuai dengan kemauan masing-masing.
Kemudian menyampaikannya kepada parlemen Inggris untuk diundangkan.
Bagi koloni-koloni di Australia
Undang-undang ini sangat penting sekali artinya, terutama dilihat dari sudut
pandang pemerintahan. Dengan Undang-undang ini berarti pemerintahan Inggris
sudah siap menyerahkan kepada setiap koloni menyusun pemerintahan yang disukainya
dan pemerintahan Inggris tinggal menyetujuinya. Hal lain yang diperhatikan dari
Undang-undang ini adalah bahwa pemerintahan Inggris memberikan hak menyusun
pemerintahan sendiri untuk kepada setiap koloni secara terpisah, sehingga
masing-masing koloni dapat mengatur dirinya sendiri tanpa harus sama atau
terikat dengan koloni lain (Siboro, 1989: 112)
Tetapi ini memberikan efek
perjalanan pada tahun berikutnya yaitu mendapat pengaruh dari Eropa.
Partai-partai buruh sosial demokrat menyatakan oposisi radikal, kadang-kadang
revolusioner terhadap negara borjuis tetapi ini berbeda dengan Australia, hanya
memberikan pengaruh terhadap kebijakan-kebijakan negara, dengan memegang peran
sebagai penentu perimbangan kekuasaan parlemen mapun lewat mayoritasnya sendiri
dalam parlemen. Pemerintahan buruh pertama di dunia memegang jabatan di negara
Australia khususnya koloni Queensland pada tahun 1899. Partai buruh memperoleh
50% dari suara pemilihan. Ini memberikan bentuk pemerintahan yang terikat pada
kepentingan buruh. Pada prakteknya sendiri partai buruh telah membawa perubahan
pada hakikat organisasi partai demokrasi. Ketika parlemen mulai berkembang
partai buruh yang merupakan sebagai kekuatan kecil dari 3 partai yang ada.
Landasan-landasan partai buruh
dalam melakukan suatu kebijakan dalam menjalankan pemerintahan sebagai berikut:
1. Sekalipun
partai buruh menerima kapitalis campuran (mixed
capitalism), tetapi tradisi sosialis tidak ditinggalkan. Secara ideologis,
partai ini bertujuan mencapai suatu masyarakat yang berkecukupan, serta lebih
wajar dan bahwa mereka percaya hal itu adalah tugas pemerintah untuk
mewujudkannya. Kenyataan ini, sekurang-kurangnya, telah membawa Australia
menjadi suatu negara kesejahteraan.
2. Partai
buruh lebih vokal dalam mendukung reformasi social, memberikan pelayanan social
bagi yang kurang beruntung, dans egala bentuk reditribusi pendapatan.
Kebijakan-kebijakan yang diprakarsai Partai Buruh lebih sering menegdepankan
program-program pembaharuan, sehingga semakin memantapkan posisinya sebagai
partai pembaharu, dibandingkan parati Liberal yang semakin lama semakin
konservatif. Terlebih lagi, semuanya itu dilakukan tidak dengan cara-cara
revolusioner, melainkan dilaksanakn melalui cara-cara parlementer. Dinamika
proses perjuangan parlementer Partai Buruh selama ini benar-benar mencerminkan
suatu sikap yang memegang teguh prinsip-prinsip demokratis.
3. Partai
Buruh melihat dirinya lebih nasionalistik dalam hal mengajurkan kebebasan yang
lebih luas dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintahan. Partai Buruh
berusaha memajukan proyek-proyek pembangunan nasional melalui intervensi
pemerintah ke dalam perekonomian, melalui pembentukan perusahaan-perusahaan negara,
melalui negara-negara bagian dan teritori (Hamid, 1999: 204-205)
Sejarah
partai Liberal dibentuk oleh anggotan-anggota parlemen yang berasal dari
kelompok kapitalis kelas menengah, sebagai penentangan mereka terhadap
keterwakilan gerakan buruh, yang masuk melalui partai Buruh, dalam parlemen
federal. Sejak hari pertama terpilihnya anggota Buruh di parlemen colonial pada
awal 1890-an, beberapa fraksi parlemen yang menentangnya mulai mengadakan
koalisi nonburuh. Dalam minggu-minggu berikutnya, kelompok tersebut tumbuh
sebagai partai politik, namun dengan berbagai nama di antaranya National Defence League. Partai Liberal
sering disebut sebagai partai yang konservatif. Selama pertumbuhannya, parati
liberal sudah berganti anam tiga kali. Tahun 1917, partai liberal berganti nama
menjadi Nationalist Party, ini
berkaitan dengan masuknya PM BUruh William Morris Hughes. Tahun 1931 berganti
nama lagi karena masuknya para pembangkang dari partai buruh ke dalam partai
ini disebabkan oleh kekecewaan dengan kebijakan pemerintah Buruh. Tahun 1945
berganti nama menjadi Partai Liberal.
Kebijakan-kebijakan
yang terdapat dalam Partai Liberal, antara lain:
1. Kaum
Liberal percaya bahwa pemerintah bertanggung jawab terhadap rakyat melalui
system parlementer, dimana wakil-wakil yang terpilih oleh rakyat adalah bebas
bertindak atas dasar keyakinan mereka sendiri.
2. Masyarakat
Liberal merupakan asosiasi bebas diantara individu yang percaya bahwa setioap
orang memiliki hak untuk membangun kepribadiannya sendiri dan memilih cara
hidupnya sendiri.
3. Kaum
Liberal bertujuan menciptakan lingkungan dimana parakasra individu dan
perusahaan swasta tumbuh dengan subur. Mereka mengakui bahwa perekonomian pasar
bebas adalah faktor utama untuk mencapai kemajuan ekonomi (Hamid, 1999:229)
Undang-Undang pemilu
Pemilu Federal dilaksanakan
berdasarkan UU Pemilu 1902 (Electoral Act 1902). Akan tetapi, ketika UU ini
dirancang tampaknya tidak ada perdebatan yang berlarut-larut mengenai asas
demokrasi. Hal ini terutama menyangkut kualifikasi mengenai siapa-siapa warga
Australia yang berhak dipilih dan memilih. Aturan dasar Undang-undang tersebut
menyebutkan :
“setiap pria kulit
putih harus mempunyai satu dan hanya satu suara”.
Wanita,
terutama wanita kulit putih baru mendapatkan hak pilih dalam pemilu federal
hanya setelah tahun 1902. Padahal, negara bagian South Australia telah
memberikan hak pilih bagi wanita sejak tahun 1894, yang berarti menjadi salah
satu negara bagian diantara sedikit negara dunia, yang memberikan hak pilih
pada wanita. Pada tahun 1899, Western Australia juga memberikan hak pilih bagi
wanita ( Hamid, 1999: 159-160).
Australia merupakan salah satu negara
demokratis di dunia, dimana pemungutan suara dibuat wajib secara hukum, para
pemilih tidak hadir dalam pemungutan suara akan diberi sanksi berupa denda ini
dianggap melanggar Undang-undang. Pada tahun 1924 ini diberlakukan pada negara
bagian federal. Format ini diadopsi dari pemilu di negara bagian yaitu
Queensland pada tahun 1915. Dan diikuti dalam negara bagian seperti Victoria
tahun 1927, New South Wales tahun 1930, Tasmania tahun 1931, South Australia
tahun 1939 dan Western Australia tahun 1944. Pada anak yang berusia sekitar 13
tahun, sebelum diterapkannya wajib memilih pemerintah federal telah menetapkan
pula bahwa setiap warga negara Australia berusia 18 tahun kini diturunkan 17
tahun wajib mendaftar sebagai peserta pemilu. Sebenarnya para pemilih tidak
dipaksa untuk memilih salah satu tokoh namun diwajibkan hadir ditempat
pemungutan suara pada hari pemilu dan memberi namanya pada petugas pemungutan
suara. Kisaran denda bagi yang melanggar dikenakan sanksi sebesar 10 dolar
Australia. Ini memberikan efek positif dalam berjalannya pemilihan umum
berkurangnya beban tenaga dan biaya yang harus dikeluarkan oleh partai politik.
Terjadi diskriminasi pada orang-orang
Aborigin ketiadaan dalam hak pilih pada pemilu. Ketika Undang-undang tersebut
diberlakukan dan kaum Aborigin belum dipertimbangkan sebagai warga negara
Australia dan kaum Aborigin baru memperoleh hak pilih pada tahun 1967. Begitu
juga, pada status warga imigran negara-negara non Inggris yang telah di
naturalisasikan berdasarkan Undang-Undang Australia: serta juga tentang
anak-anak imigran yang lahir di Australia, yang telah tinggal selama 5 tahun
atau lebih pada tahun 1948. Pemerintahan buruh kepemimpinan Chifley, ketika itu
mengambil suatu batasan longgar dalam penentuan warga negara Australia.
Berdasarkan Undang-undang kewarganegaraan tahun 1948, Chifley menegaskan bahwa:
“ warga negara
Australia akan tetap sebagai British subject bila mereka menghendakinya, dan
bahwa seseorang dapat menjadi warga negara Australia bila ia juga adalah
British subject, sehingga memiliki kualifikasi memeproleh hak pilih dan dipilih
sebagai anggota parlemen dan berdasarkan Undang-undang federal dan
Undang-undang negara bagian. Pengertian ini menegaskan bahwa seluruh warga
negara Australia adalah British subject juga, tetapi tidak semua British
subject adalah warga negara Australia.
Tiga puluh lima tahun kemudian
(1983), pemerintahan yang dipimpin oleh Hawke, menghapuskan semua status
British subject sebagai basis untuk melakukan kegiatan politik. Hanya warga
negara Australia yang berkualifikasi untuk berpolitik, sehingga mendapatkan hak
memilih dan dipilih dalam parlemen Australia. Seluruh negara bagain menerima hal
ini, dan perubahan ini berlaku secara federal dan seluruh negara bagian,
kecuali di Queensland, pada tanggal 25 Januari 1984. Dengan demikian, British
subject yang telah tinggal di suatu daerah pemilihan sebelum ketentuan ini
berlaku, tetap memperoleh hak memilih: sebaliknya seluruh imigran termasuk yang
berasal dari Inggris yang tinggal sejak tanggal 25 Januari 1984 (dan yang
sebelum tanggal tersebut tetapi belum mendaftar kedatangannya) harus menjadi
warga negara Australia terlebih dahulu ( Hamid, 1999: 161)
DAFTAR
RUJUKAN
Kompas,
30 April 2009
Malian,
S.S. 2003. Ide-ide Besar Sejarah
Intelektual Amerika. Yogyakarta: UII Press
Suhelmi,
A. 2004. Pemikiran Politik Barat. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
Usis.
2004 Garsi Besar Sejarah Amerika. Departemen
penerangan USA
[1]
Mahasiswa Jurusan Sejarah Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Sastra Universitas
Negeri Malang. NIM 107381407223. Artikel ini ditulis untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sejarah Australia, Mei 2010.
Trimakasih atas informasi'a!!!
BalasHapus&
Trimakasih uga wdah bantu buat jadi reverensi di MK Sej.Australia